September 15, 2024
Berpihak pada Korban dengan Kasih dan Kepedulian

Berpihak pada Korban dengan Kasih dan Kepedulian

Komisi Perempuan PGIW Jabar dan Pasundan Durebang menyelenggarakan pelatihan konselor dengan tema: “Berpihak pada Korban, Berpijak pada Kasih dan Kepeduian untuk Mendampingi Korban Kekerasan Berbasis Gender.” Pelatihan ini berlangsung di Wisma Sinode GKP Bandung, pada tanggal 15 sampai dengan 18 Juli 2024.

Maraknya kejadian kekerasan yang menimpa anak-anak dan perempuan baru-baru ini sangat meresahkan. Kita jumpai kian hari semakin banyak beritanya, baik di media nasional, platform social media pribadi, maupun pada kehidupan sehari-hari yang ada di sekeliling kita. Isu ini bukan saja memprihatinkan karena jumlahnya yang meningkat, tetapi juga intensitas kekerasannya yang semakin mengerikan: hingga berujung luka fisik, cacat permanen dan trauma berkepanjangan, bahkan kehilangan nyawa.

Mirisnya, pelaku justru adalah orang-orang terdekat korban, baik orang tua, caregiver atau pimpinan lembaga yang seyogyanya melindungi. Alih-alih memikul tanggung jawabnya, pelaku menjadi pemangsa buas tanpa perikemanusiaan. Ranah kekerasan ini terjadi di lingkungan domestik, sekolah maupun institusi pendidikan atau pelindung lainnya.

Beranjak dari keprihatinan ini, Komisi Perempuan PGI Wilayah Jabar pada 15-18 Juli 2024 lalu memprakarsai pelatihan Training Konseling Korban Kekerasan Berbasis Gender dari Perspektif Korban, dengan para fasilitator dari Pasundan – Durebang . Training intensif ini dihadiri oleh 32 orang para pengerja, aktivis pelayanan perempuan, para medis, dan profesional terkait lainnya yang bergabung dari wilayah Jawa Barat, Jakarta, Sumatera Utara dan bahkan Sulawesi Utara. Dari berbagai latar belakang peserta, baik yang mewakili gereja maupun instansi pelayanan lingkup kerja seputar pendampingan Perempuan dan Anak, datang dan mengikuti pelatihan ini dengan antusias. Selama 4 hari bertempat di Wisma Sinode GKP Jalan Dewi Sartika – Bandung. Dipandu fasilitasi oleh para konselor WCC Pasundan Durebang, para peserta mendapat materi dan pembekalan pendampingan proses konseling bagi korban Kekerasan Berbasis Gender (KBG). Fasilitator menjelaskan problematik KBG dengan mendalami akar masalah dan relasi kekuasaan yang disalahgunakan, asal muasal dan pemicu kekerasan, bentuk-bentuk dan contoh kasus kekerasan yang kongkret. Para fasilitator juga membekali peserta dengan keahlian yang mesti diterapkan dalam penanganan kasus-kasus tersebut, dari prosedur standar operasional yang menjadi pedoman hingga terminasi kasus dengan tertolongnya sang korban dari kekerasan dan trauma yang menghantuinya.

Adanya pembahasan kasus-kasus dalam grup, membantu peserta mengenali dan menggali pemahaman lebih dalam akan suatu kejadian kekerasan berbasis gender. Para fasilitator dari WCC Pasundan Durebang, yaitu Pdt. Ira Imelda, Pdt. Obertina Johanis dan Pdt. Cliff Kasakeyan, dengan kompetensinya dan pengalamannya masing-masing, memberikan juga arahan dan variasi therapy methods untuk menolong korban di titik-titik genting proses konseling, termasuk tips relaksasi, mindset dan gestures yang sepatutnya dipunyai seorang konselor yang mendampingi korban KBG. Di tengah-tengah pelatihan, disediakan metode-metode relaksasi yang bisa membantu para peserta jeda dari paparan materi yang menohok, memicu suatu kejadian traumatis, ataupun kilas balik yang menyakitkan, entah kah itu sebagai konselor ataupun sebagai korban.

Pada akhir sesi, para peserta diundang memberikan rekomitmen dan relaksasi untuk berpikir dengan jernih langkah-langkah apa yang akan diambil setelah mendapat pengetahuan & pembekalan Slot Gacor dari pelatihan ini. Pendeta Daru Marhaendi dari GKJ Jl. Merdeka-Bandung, mewakili MPH PGIW Jawa Barat, memimpin ibadah penutupan dengan mengingatkan kembali akan peran para peserta untuk membawa dampak yang kasat mata dan nyata, laksana garam yang mengasinkan dan memberi cita rasa, para peserta dan hadirin dipanggil menjadi saksi Kristus di mana pun para peserta melayani dan dalam posisi apa pun saat ini.

Selanjutnya, yang menjadi tantangan adalah langkah konkrit apa dari pelatihan ini sebagai upaya tindak lanjut di luar pelatihan, yang bisa diterapkan secara nyata di gereja dan lingkup komunitas ekumenis, pelayanan ataupun lembaga tempat para peserta ini berasal. Ada yang melihatnya ini sebagai kesempatan kampanye awareness untuk membangun kepedulian dan kepekaan para pengerja gereja yang bergelut di pelayanan anak dan perempuan, ada yang memandang ini perlu diteruskan dengan pelatihan-pelatihan praktis lainnya, dan ada yang memakai metode-metode pendampingan yang telah didapat sebagai sebuah bekal menjalankan tugasnya selaku para pendeta dan pemimpin jemaat yang lebih terampil. Sedangkan para pemangku jabatan memandang ini menjadi kesempatan membangun jejaring menuju gereja yang ramah anak dan melindungi perempuan.

Pada akhirnya, diharapkan para pengerja gereja dan para pemangku jabatan, beserta jajaran aktivis pelayanan perempuan, anak dan sekolah minggu, memberikan perhatian yang lebih dan atau menjadi lebih sensitif untuk mencegah terjadi kekerasan berbasis gender di lingkungan keluarga, institusi pendidikan maupun lembaga pelayanan tempat mereka dipanggil dan berkiprah. Semoga kita tidak lagi menjumpai kekerasan-kekerasan berbasis gender menimpa orang-orang yang kita layani. Semoga tidak terulang cara berpikir lama yang diskriminatif akan gender dan tidak ada lagi luka-luka, trauma serta nyawa yang hilang akibat menjadi korban kekerasan-kekerasan domestik, perundungan fisik maupun elektronik, serta berujung kematian di lingkungan pelayanan kita, seturut dengan meningkatnya kepedulian, kepekaan, dan keberpihakan kita akan situasi para korban.

Penulis: Windiasih Sairoen, SS. Teo (Peserta Pelatihan Konselor)

PGIW Jawa Barat

Mari mengenali keorganisasian PGIW Jawa Barat, dan peran pelayanan dan kebersamaan dengan gereja-gereja di Jawa Barat.

Radio Siniar PGIW Jabar

https://pafipayakumbuhkab.org slot thailand slot 4d
>